Gambar Sampul Geografi · Bab 4 LINGKUNGAN HIDUP DAN PELESTARIANNYA
Geografi · Bab 4 LINGKUNGAN HIDUP DAN PELESTARIANNYA
Nurmala

24/08/2021 10:09:15

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

BAB

4

LINGKUNGAN HIDUP

DAN PELESTARIANNYA

Setelah mempelajari materi bahasan pemanfaatan lingkungan hidup, kalian

diharapkan dapat mengolah (memanfaatkan) lingkungan secara arif sehingga bisa

menjaga keseimbangan lingkungan.

Bahan bakar fosil

Daya gas rumah kaca

Pemanasan global

Pertanian intensif

Peternakan intensif

Sistem pengatur

udara

Topik Inti

• Pelestarian Lingkungan Hidup

Alam

• Pelestarian lingkungan Hidup

Binatang

• Pelestarian Lingkungan Hidup

Sosial

• Pelestarian Lingkungan Hidup

Cagar Alam

Tujuan Pembelajaran

84

a. Hakikat dan Pengertian Lingkungan

Berbicara tentang lingkungan, maka hal ini tidak terlepas atau

dilatarbelakangi hubungan antara manusia dan lingkungannya.

Manusia sebagai komponen dari suatu lingkungan akan selalu

berinteraksi dengan komponen lingkungan yang lainnya sehingga

diperlukan suatu keselarasan ekologi, yaitu suatu keadaan di mana

makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan

lingkungannya sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar-

makhluk dan lingkungan.

Berangkat dari pemahaman di atas, maka kita akan

mendapatkan pengertian atau definisi dari lingkungan itu sendiri.

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah jumlah semua benda

hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan

adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi

yang ada di dalam ruang yang kita tempati.

Ahmad

(1987:3)

mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem kehidupan

di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan

ekosistem. Dari dua pengertian di atas, maka sesungguhnya ilmu

lingkungan mempelajari hubungan antara makhluk hidup atau

biotik, seperti manusia, hewan, dan tumbuhan beserta segala

sesuatu dengan yang berada di sekitarnya, baik unsur fisik, seperti

batu-batuan, air, udara, angin, dan sebagainya, yang membentuk

suatu kesatuan atau sistem (ekosistem) serta hubungannya yang

bersifat imbal balik.

Manusia akan mendapatkan unsur-unsur yang diperlukan

dalam hidupnya dari lingkungan. Semakin tinggi budaya manusia,

maka beraneka ragam kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan

manusia merupakan komponen biotik lingkungan yang memiliki

daya pikir dan daya nalar tertinggi dibandingkan makhluk lainnya.

Hal ini disebabkan manusia secara aktif mengelola dan mengubah

ekosistem sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Sehingga

peranan manusia dalam lingkungan berpengaruh besar terhadap

unsur atau komponen lingkungan yang berada di dalamnya, yakni

dengan kemampuannya manusia diharapkan dapat melestarikan

lingkungan atau lingkungan ini akan rusak binasa akibat ulah tangan

Lingkungan

adalah sistem

kehidupan yang

terdapat campur

tangan terhadap

tatanan

ekosistem

A.

Pemanfaatan Lingkungan Berkelanjutan

1. Hakikat, Pengertian, dan Pembagian Jenis Lingkungan

85

manusia. Sudah banyak bencana lingkungan yang sering terjadi

sampai saat ini, seperti kebakaran hutan, banjir, dan longsor, dan

masih banyak lagi bencana lingkungan yang tidak terhitung

jumlahnya akibat tangan manusia.

b. Pembagian Jenis Lingkungan

Pada hakikatnya, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu lingkungan biotik dan lingkungan nonbiotik (fisik).

Supardi

(1985:2) menjelaskan pembagian sebagai berikut.

1)

Lingkungan Biotik

Lingkungan biotik ialah semua benda hidup yang ada di sekitar

individu, baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Tiap unsur ini

berinteraksi satu sama lainnya. Sebagai contoh, kambing akan

memakan tumbuhan berupa rerumputan untuk mempertahankan

hidupnya, selanjutnya kambing akan dimakan oleh manusia

sebagai konsumsi protein hewani. Lalu manusia akan

mengeluarkan sisa pencernaan berupa kotoran yang akan

menyuburkan rerumputan tersebut.

Lingkungan ini selalu mengalami perubahan, baik secara tiba-

tiba maupun perlahan-lahan. Perubahan ini berhubungan erat

dengan ekosistemnya yang mempunyai stabilitas tertentu.

Sebagai contoh hutan di daerah tropis yang mengandung

begitu banyak ragam tumbuh-tumbuhan dan hewan di

dalamnya, walaupun tanpa perawatan tetap akan dapat

mempertahankan stabilitas kehidupan. Sebaliknya, sawah atau

ladang yang hanya terdiri dari beberapa stabilitas yang kecil,

artinya tanpa perawatan stabilitasnya akan terganggu.

2)

Lingkungan Nonbiotik (fisik)

Lingkungan ini adalah segala benda mati dan keadaan fisik yang

ada di sekitar kita, misalnya sinar matahari, suhu dan kelembapan,

batu-batuan, tanah mineral, air, udara dan lain-lain.

Komponen atau kelompok lingkungan nonbiotik saling

berinteraksi satu sama lainnya sebagai contoh apabila di suatu

wilayah kekurangan suplai sinar matahari, maka di daerah

tersebut akan mendapatkan kelembapan yang tinggi.

Akibatnya, suhu di wilayah tersebut menjadi rendah. Komponen

lingkungan fisik juga akan berinteraksi dengan lingkungan

biotik, misalnya manusia dalam bercocok tanam akan selalu

memupuk tanahnya agar tanaman tersebut hidup subur,

apabila curah hujan kurang akan memberikan pengaruh

terhadap persediaan air bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

86

Berdasarkan campur tangan manusia, lingkungan terbagi

menjadi tiga, yaitu:

1) Lingkungan Hidup Alami

Lingkungan hidup alami adalah lingkungan hidup yang belum

terkena campur tangan manusia atau mengalami modifikasi

oleh manusia. Dalam lingkungan seperti ini, manusialah yang

melakukan adaptasi sepenuhnya, disesuaikan dengan keadaan

alam. Lingkungan yang belum dimodifikasi oleh manusia itu

memiliki kecenderungan mantap dan seimbang.

2) Lingkungan Hidup Binaan

Lingkungan hidup binaan adalah lingkungan hidup yang

dikelola, dimodifikasi, dibentuk dan ditentukan keadaannya oleh

manusia dengan menggunakan daya nalar, akar, budi, ilmu

dan teknologi serta sistem sosial, budaya, dan ekonomi.

Tujuan dibentuknya lingkungan hidup binaan adalah efisiensi

dan efektivitas pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan

oleh manusia. Karakteristik dari lingkungan ini adalah

menonjolnya dampak teknologi dan budaya, keadaan lingkungan

cenderung tidak mantap (perlu adanya subsidi energi) akibat

adanya aktivitas manusia, komponen biotik dan nonbiotik

cenderung tidak seimbang atau labil. Contoh lingkungan hidup

binaan adalah daerah pertanian, dan peternakan.

3) Lingkungan Hidup Sosial

Lingkungan hidup sosial merupakan kesatuan ruang dengan

sejumlah manusia yang hidup berkelompok sesuai dengan

suatu keteraturan sosial dan kebudayaan bersama.

Seperti yang kita ketahui sebelumnya pada awal pembahasan,

bahwasannya manusia adalah komponen lingkungan yang paling

mendominasi. Hal ini dikarenakan manusia memiliki adanya pikir

dan nalar tinggi dibandingkan dengan anggota komponen

lingkungan yang lainnya. Dalam berinteraksi dengan lingkungan

manusia akan selalu memanfaatkan lingkungan ini untuk

melangsungkan kehidupannya atau dengan kata lain yang terpenting

adalah daya dukung dari lingkungan bagi kehidupannya. Akan tetapi,

pada suatu saat lingkungan tersebut tidak dapat lagi memenuhi

kehidupan penghuninya karena daya dukungnya mulai berkurang

akibat eksploitasi penggalian dan pemanfaatan sumber-sumber

daya alam yang berlebihan.

Eksploitasi yang

berlebih

mengakibatkan

bencana bagi

manusia

2. Kerusakan dan Bencana Lingkungan

Tujuan

lingkungan hidup

berusaha agar

pemanfaatan

sumber daya

alam dan

lingkungan lebih

efektif dan

efisien

87

Rusaknya lingkungan diprediksi akan lebih banyak

mengakibatkan bencana lingkungan bagi umat manusia. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh berbagai pakar dalam bidang

lingkungan menunjukkan adanya kecenderungan semakin

rusaknya lingkungan dari waktu ke waktu. Beberapa isu lingkungan

berikut menunjukkan hal tersebut di antaranya perubahan iklim

global, biodiversitas, serta pencemaran air dan udara.

Berikut beberapa contoh kerusakan lingkungan beserta

ancaman bencana lingkungan yang terjadi, baik dalam skala lokal

maupun global.

a.

Pemanasan Global

Pemanasan global adalah gejala naiknya suhu rata-rata

atmosfer, laut, dan daratan. Secara alamiah sinar matahari yang

masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan

bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan

diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi yang

disebut gas rumah kaca sehingga sinar tersebut terperangkap

dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca karena

peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk

akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca,

sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Istilah efek rumah kaca berasal dari para petani iklim sedang

yang menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan di dalam rumah

kaca. Dalam rumah kaca dipasang pemanas sehingga ruangan

dalam rumah kaca dapat dipanaskan pada waktu yang diperlukan.

Biasanya pemanas digunakan pada malam hari, musim gugur, musim

dingin, dan musim semi. Dengan adanya pemanas, maka petani

dapat menanam sayur-mayur dan bunga-bungaan sepanjang tahun

meskipun suhu di luar sangat dingin tetapi suhu

di dalam rumah kaca tetap panas. Hal ini terjadi

karena cahaya matahari dapat menembus kaca

dan dipantulkan kembali oleh benda-benda di

dalam ruangan kaca sebagai gelombang panas

yang berupa sinar inframerah. Dengan ini, udara

di dalam rumah kaca y

ang s

uhunya naik dan

panas terperangkap di dalam rumah kaca dan

tidak bercampur dengan udara dingin di luar rumah

kaca. Suhu di dalam rumah kaca pun lebih tinggi

daripada di luarnya.

Gambar 4.1

Proses pemanasan global

(Sumber : www.cdm.or.id)

Panas

matahari

merambat

melalui

atmosfer

Sebagian panas matahari

diserap oleh bumi dan

memanaskannya

Panas matahari

sebagian dipan-

tulkan kembali

oleh atmosfer

dan bumi

Sebagian panas

matahari diteruskan

oleh atmosfer dan

sebagian diserap serta

dipantulkan kembali

kesegala arah oleh gas

rumah kaca, untuk

memanaskan bumi

88

Efek Rumah kaca ditimbulkan oleh gas rumah kaca. Gas

rumah kaca yang paling besar yang membentuk di lapisan atmosfer

adalah CO

2

. Selama ini kita menganggap CO

2

sebagai

suatu

polutan karena CO

2

tidak beracun. Namun, karbon dioksida (CO

2

)

merupakan gas rumah kaca yang penting yang paling banyak

dihasilkan dan merupakan sebab yang signifikan dalam

pemanasan global. Selain CO

2

, yang dapat menimbulkan efek

rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO

2

), nitrogen monoksida (NO)

nitrogen dioksida (NO

2

), serta beberapa senyawa organik seperti

gas metana (CH

4

) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas

tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek

rumah kaca.

Pemanasan global ini pada akhirnya membawa dampak

terjadinya perubahan Iklim yang memengaruhi kehidupan di bumi,

melalui adanya perubahan musim secara ekstrem, mengakibatkan

terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi

kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer.

Pemanasan global juga mengakibatkan mencairnya gunung-

gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya

permukaan air laut. Meningkatnya permukaan air laut berpengaruh

besar terhadap negara kepulauan karena pulau-pulau yang ada di

daratan rendah akan terendam air laut. Selain itu, perubahan iklim

menyebabkan musim kemarau yang berkepanjangan yang

menyebabkan kekeringan dan meningkatnya frekuensi kebakaran,

yang diikuti dengan kenaikan intensitas curah hujan yang

menyebabkan banjir. Meningkatnya penyebaran penyakit tropis

(seperti malaria dan demam berdarah), serta sebagian flora dan

fauna terancam punah karena tidak bisa beradaptasi dengan suhu

yang meningkat.

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi

pemanasan global adalah sebagai berikut.

1)

Meningkatkan pemanfaatan sumber daya tak terbaharukan

(air dan sinar matahari).

2)

Mengurangi kebutuhan energi BBM dan listrik PLN.

3)

Penggantian CFC dengan teknologi yang tidak merusak ozon.

4)

Menggunakan predator alami untuk membasmi hama

tanaman.

89

5)

Memelihara pepohonan dan menanam pohon yang lebih

banyak.

6)

Dalam rumah tangga biasakan melakukan penghematan

energi.

7)

Mengurangi sampah.

Pengurangan gas efek rumah kaca merupakan tanggung

jawab seluruh negara, maka diperlukan konferensi internasional

untuk mengurangi gas efek rumah kaca. Kesepakatan yang pernah

dilakukan di antaranya,

Earth Summit

di Rio de Jeneiro pada tahun

1992, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah

kaca dan setuju untuk melaksanakan pengurangan gas rumah

kaca dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di

Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang

dikenal dengan

Protokol Kyoto.

Perjanjian ini menyerukan kepada

38 negara-negara industri yang memegang persentase paling

besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong

emisi mereka ke tingkat 5% di bawah emisi tahun 1990.

Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012.

b. Polusi Udara, Air, dan Tanah

Bencana lingkungan ini yang banyak terjadi di daerah

perkotaan, industri pertanian pada umumnya. Pencemaran udara

banyak sekali terjadi di perkotaan karena banyaknya pada sektor

industri dan banyaknya kendaraan bermotor yang menghasilkan

gas CO

2

, CO, timbal, silika (SiO

2

), dan zat berbahaya lainnya,

sehingga menjadi gangguan bagi makhluk hidup di sekitarnya,

seperti sesak napas, batuk kering, racun bagi fungsi-fungsi darah,

dan lain-lain.

Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku

manusia seperti oleh zat-zat deterjen, asam belerang dan zat kimia

sebagai sisa hasil industri, pertanian juga dapat menyebabkan

pencemaran tanah akibat penggunaan pestisida yang berlebihan.

Lebih lanjut sampah-sampah rumah tangga yang di buang ke

Coba amati dan diskusikan dengan teman kalian masalah pencemaran air dan

tanah yang terjadi di sekitar tempat tinggalmu?

TUGAS

90

c.

Banjir

Banjir adalah peristiwa tergenangnya suatu wilayah oleh air,

baik oleh air hujan, air sungai, maupun air pasang. Banjir biasanya

disebabkan oleh kurangnya daerah resapan air. Air hujan yang jatuh

ke permukaan bumi tidak semuanya diserap oleh tanah, tetapi

sebagian lagi dialirkan ke permukaan sungai. Ketika hutan semakin

berkurang akibat penebangan liar, maka fungsi hutan sebagai

resapan air juga berkurang. Hal ini diakibatkan karena ketika ada

hutan, maka air hujan yang jatuh tidak langsung diserap oleh

tanah, tetapi ditahan oleh serasah (dedaunan yang telah lapuk)

dan akar-akar tanaman. Ketika air tergenang oleh serasah dan

Berikan komentarmu mengenai masalah bencana banjir dan longsor yang sering

terjadi pada saat musim hujan tiba.

TUGAS

dalam sungai akan mengakibatkan turunnya produktivitas air

sungai dan lingkungan secara luas.

Gambar 4.3

Pencemaran air Sungai Citarum.

(Sumber: www.sungaijuru.com

)

Gambar 4.2

Pencemaran udara di ibukota.

(Sumber: www.imageschack.us)

Gambar 4.4

Kondisi tanah yang tercemar.

(Sumber : www.deptan.go.id)

akar tanaman, maka kesempatan tanah untuk

menyerap air akan semakin lama. Akibatnya banyak

air yang akan tersimpan di hutan. Berbeda dengan ketika

hutan tidak ada, maka air hujan yang jatuh ke

permukaan bumi akan langsung dialirkan ke sungai,

dan hanya sedikit air hujan yang diserap oleh tanah,

akibatnya air hujan yang dialirkan ke sungai bertambah

banyak dan tidak sesuai lagi dengan daya tampung

sungai maka air akan meluap dan terjadilah banjir.

91

1)

Rusaknya rumah-rumah penduduk.

2)

Kehilangan harta benda.

3)

Menimbulkan korban jiwa, baik karena tenggelam atau hanyut

terbawa oleh arus.

4)

Timbulnya bibit-bibit penyakit, seperti diare, gatal-gatal, dan

demam berdarah.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah banjir adalah sebagai

berikut.

1)

Melakukan penghijauan di kawasan DAS bagian hulu.

2)

Membersihkan sampah di alur sungai.

3)

Mencegah pembuangan sampah ke sungai.

4)

Membuat waduk.

5)

Membuat sumur-sumur resapan di kota.

Gambar 4.5

Banjir di Jakarta

(Sumber : www.tempo.co.id)

Faktor lain yang menyebabkan banjir

adalah curah hujan tinggi, sungai menga-

lami pendangkalan akibat sedimentasi,

penyumbatan sungai akibat pembuangan

sampah ke sungai, dan dibangunnya rumah-

rumah di sekitar sungai akibat semakin

berkurangnya lahan untuk perumahan, dan

sedikitnya lahan kosong untuk resapan air

serta tidak adanya tumbuhan untuk meresap

air hujan.

Dampak yang ditimbulkan oleh banjir

adalah sebagai berikut.

Selain banjir, bencana yang diakibatkan

oleh keteledoran masyarakat dalam

menggunakan sebidang lahan yang tidak

sesuai dengan fungsinya atau peruntukan-

nya, sehingga terjadilah longsor lahan.

Longsor adalah peristiwa bergesernya masa

tanah dalam jumlah yang besar secara tiba-

tiba akibat gravitasi, pemicunya curah hujan,

lereng curam, dan perubahan penggunaan

lahan.

Gambar 4.6

Longsor lahan, terkadang terjadi karena keteledoran

masyarakat.

(Sumber: Binamarga-jateng.co.id)

92

d. Punahnya Keragaman Jenis (Biodiversitas)

Gambar 4.7

Harimau Sumatra adalah jenis fauna yang

terancam punah.

(Sumber: www.wikipedia.org)

Kerusakan lingkungan lainnya adalah semakin

banyaknya spesies yang terancam punah atau bahkan

punah sama sekali. Rata-rata 900.000 spesies telah

menjadi punah setiap satu juta tahun selama 200 juta

tahun terakhir. Indonesia termasuk negara yang

memiliki daftar spesies yang terancam punah. Paling

banyak yaitu 126 burung, 63 mamalia, dan 21 reptil

(MoFFAO, 1991). Dengan semakin, berkurangnya

keanekaragaman spesies jelas mengganggu

kestabilan suatu ekosistem.

e. Kerusakan Hutan

Ilegal logging

dan pembakaran hutan secara liar

(seperti yang terjadi di Kalimantan dan Sumatra)

merupakan bukti bahwa manusia telah memperlakukan

hutan ini dengan semena-mena. Hal ini akan

berdampak kepada rusaknya tatanan ekosistem hutan

di dalamnya, seperti terganggunya habitat hewan,

rusaknya tatanan air tanah, musnahnya berbagai jenis

tumbuhan. Selain itu pula dengan terjadinya kebakaran

hutan semakin meningkat pula produksi CO

2

, yang

dihasilkan, yang tentunya hal ini akan meningkatnya

suhu secara global.

Gambar 4.8

Kerusakan hutan

(Sumber: www.semeru.or.id)

93

f.

Erosi dan Sedimentasi

Erosi ialah sebagai suatu peristiwa

hilang atau terkikisnya tanah atau

bagian tanah dari suatu tempat yang

terangkat dari suatu tempat ke tempat

lain. Hasil kikisan tanah ini akan

terbawa oleh sungai yang dinamakan

sedimen. Erosi ini mengakibatkan

dampak terhadap lingkungan, yakni

menurunnya produktivitas lahan

pertanian dan apabila ini dibiarkan

tanpa adanya usaha konservasi, maka

akan terjadi degradasi lahan. S

edimen

yang berasal dari erosi tanah yang berasal

dari hulu yang terbawa aliran permukaan

sampai ke saluran sungai akan menga-

kibatkan polusi, kemurnian air berkurang,

dan air sungai menjadi keruh sehingga

mengakibatkan tumbuhan di dalam air

meningkat dan kandungan oksigen

menurun. Dengan demikian akan

memengaruhi kandungan makhluk hidup

dalam air.

g. Hujan Asam (H

2

SO

4

)

Hujan asam disebabkan oleh zat pencemar oksida belerang

dan oksida nitrogen yang dihasilkan dalam pembakaran bahan

bakar minyak dan batu bara. Oksida itu dalam udara mengalami

proses kimia menjadi asam dan turun ke bumi bersama hujan

atau salju, sehingga hujan atau salju itu bersifat asam. Hujan asam

dapat mengakibatkan rusaknya bangunan terutama di daerah

perkotaan, matinya tanaman pertanian dan perkebunan.

Gambar 4.9

Upaya menangani erosi.

(Sumber:www.ic.arizona.edu)

94

h.

Perubahan Lingkungan

Secara alamiah, lingkungan berada pada suatu keseimbangan

yang disebut dengan

equilibrium

. Tetapi dengan adanya kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia memanfaatkan

lingkungan dengan sebesar-besarnya sehingga melebihi kapasitas

atau daya dukung lingkungan sendiri. Daya dukung lingkungan

adalah kemampuan alami lingkungan untuk melanjutkan

kehidupan.

Ketika daya dukung lingkungan berubah akibat aktivitas

manusia, maka lingkungan akan mengalami perubahan.

Perubahan lingkungan diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor alam

dan faktor manusia, tetapi manusia memegang peranan penting

dalam mengendalikan alam.

Perubahan yang diakibatkan oleh manusia terhadap alam

sangat besar sehingga menimbulkan ketidakseimbangan alam.

Pemanasan global, banjir, kerusakan hutan, punahnya keragaman

jenis (biodiversitas), erosi, hujan asam, dan polusi adalah bencana

atau kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh manusia.

Pemanasan global diakibatkan oleh banyaknya gas rumah

kaca terutama gas CO

2

yang dihasilkan dari aktivitas industri dan

kendaraan. Semakin banyak CO

2

dipermukaan bumi dan sedikitnya

pepohonan untuk menyerap CO

2

maka suhu di permukaan bumi

Gambar 4.10

Proses Hujan asam

(Sumber: Kamus Visual)

Salju asam

Hujan asam

Angin

Atmosfer

Emisi oksida hidrogen

Emisi asam-asam sendawa

Awan pembawa air

Emisi asam belerang

Emisi asam dioksida

Bahan bakar fosil

Anak sungai

Tanah

Danau asam

pelepasan

Permukaan air tanah

95

akan meningkat dan berakibat hewan dan tumbuhan tidak bisa

beradaptasi dengan lingkungan, akhirnya akan terjadi punahnya

keragaman jenis (biodiversitas). Hewan dan tumbuhan tidak

memiliki lagi habitat aslinya

Banjir, kerusakan hutan, erosi dan longsor diakibatkan oleh

hutan yang semakin sedikit karena penebangan liar, pembukaan

hutan untuk industri atau pemukiman. Penebangan liar

mengakibatkan hutan menjadi rusak dan tidak dapat berfungsi lagi

untuk menyerap air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi

akan langsung dialirkan ke sungai. Air yang mengalir dengan

intensitas yang tinggi adalah pelaku utama banjir, erosi dan longsor.

Polusi udara, air dan tanah adalah dampak dari aktivitas manusia.

Pembuangan limbah industri, sisa peptisida, dan pembuangan

sampah akan mencemari air dan tanah. Asap pabrik yang tidak

disaring terlebih dahulu dan asap kendaraan bermotor adalah

sebagian penyebab dari polusi udara.

Dari bencana atau kerusakan lingkungan yang telah diuraikan

di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan mempunyai

keterbatasan dalam memenuhi kesejahteraan manusia.

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah segala sesuatu

yang dilepaskan ke alam dan berakibat menurunnya kualitas

lingkungan. Kualitas lingkungan yang menurun mengakibatkan

kurang atau tidak berfungsi lingkungan itu sesuai dengan

peruntukannya.

Menurut Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan

Hidup No. 4 Tahun 1982, polusi atau pencemaran lingkungan

adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi,

dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam

sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut

polutan

. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya

dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

Bagaimana sikap anda menyikapi semua bencana yang terjadi di sekitar anda?

TUGAS

96

Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara

berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat

memberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan

apabila:

1)

jumlahnya melebihi jumlah

normal,

2)

berada pada waktu yang tidak tepat, dan

3)

berada pada tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah sebagai berikut.

1)

Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan

zat lingkungan tidak lagi merusak.

2)

Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya timbal tidak

merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam

jangka waktu yang lama, timbal dapat terakumulasi dalam

tubuh sampai tingkat yang merusak.

Macam-macam pencemaran dapat dibedakan berdasarkan

pada tempat terjadinya, macam bahan pencemarnya, dan tingkat

pencemaran.

a. Menurut Tempat Terjadinya

1)

Polusi udara,

dapat berupa gas dan partikel.

a)

Gas H

2

S, yang beracun, terdapat di kawasan gunung

berapi atau dari hasil pembakaran minyak bumi dan batu

bara.

b)

Gas CO dan CO

2,

bersifat racun, bila melebihi normal

dapat mengganggu pernapasan. Bila gas CO

2

di

bumi jumlahnya berlebihan, berakibat pada pemanasan

global.

c)

Partikel SO

2

dan NO

2,

membentuk awan dekat tanah

yang dapat mengganggu pernapasan.

d)

Asam sulfur, menyebabkan hujan asam. Hujan asam

dapat menyebabkan gangguan pada manusia, hewan,

maupun tumbuhan.

e)

Bahan radioaktif, misalnya nuklir, dapat menyebabkan

berbagai penyakit akibat kelainan gen dan bahkan

kematian.

2)

Polusi air,

dapat disebabkan oleh beberapa hal, yakni sebagai

berikut.

a)

Pembuangan limbah industri, sisa insektisida, dan

pembuangan sampah.

97

b)

Sampah organik yang busuk menyebabkan jumlah

oksigen dalam air menjadi berkurang. Hal ini dapat

mengganggu aktivitas kehidupan organisme air.

c)

Fosfat, NO

3

, dan pupuk pertanian menyebabkan

eutrofikasi

(penimbunan mineral) yang menyebabkan

cepatnya pertumbuhan alga. Hal ini mengakibatkan

sejumlah tanaman tidak dapat berfotosintesis karena

sinar matahari terhalang alga-alga tersebut. Tanaman-

tanaman itu akhirnya mati dan mengalami pembusukan

sehingga persediaan oksigen dalam air itu menjadi

berkurang.

d)

Tumpahan minyak bumi menyebabkan rusaknya ekologi

air dalam skala besar.

3)

Polusi tanah,

dapat disebabkan beberapa hal.

a)

Sampah-sampah plastik, karet sintetis, pecahan kaca,

dan kaleng.

b)

Detergen yang sulit diuraikan (non-biodegradable).

c)

Zat kimia dari buangan pertanian, misalnya insektisida.

4)

Polusi suara

, disebabkan oleh suara bising kendaraan

bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, dan peralatan

rumah tangga.

b. Menurut Jenis Polutannya

1)

Bahan kimiawi, misalnya berupa:

a)

zat radioaktif,

b)

logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr, dan Ni),

c)

pupuk anorganik,

d)

pestisida,

e)

detergen dan,

f)

minyak.

2)

Bahan biologi, yang berupa mikroorganisme, misalnya

Escherichia coli, Entamoeba coli

, dan

Salmonella thyposa

.

3)

Bahan fisik (material), misalnya kaleng-kaleng, botol, plastik,

dan karet.

c. Menurut Tingkat Pencemaran

Tingkat pencemaran dibedakan menjadi tiga macam.

1)

Pencemaran yang mengakibatkan iritasi ringan pada panca

indra dan tubuh serta menimbulkan kerusakan pada ekosistem

lain.

98

2)

Pencemaran yang mengganggu reaksi faal tubuh dan

menyebabkan sakit yang kronis.

3)

Pencemaran yang kerusakan total ataupun kematian.

Misalnya, polusi oleh zat radioaktif nuklir.

Indikator-indikator pencemaran adalah sebagai berikut.

a. Indikator kimia, meliputi CO

2

, pH, alkalinitas, fosfor, dan logam-

logam berat.

b. Indikator biokimia

,

yaitu dengan mengetahui kadar oksigen

dalam air (

biological oxygen demand,

BOD). BOD digunakan

untuk mengukur banyaknya pencemar organik. Ukuran yang

ideal, kadar oksigen dalam air tidak boleh kurang dari 3 ppm.

c. Indikator fisik

,

meliputi temperatur, warna, rasa, bau, kekeruhan,

dan radioaktivitas.

d. Indikator biologi

,

yakni ada atau tidaknya mikroorganisme,

misalnya bakteri coli, virus, bentos, dan plankton.

Dari uraian di atas, kita dapat melihat bahwa lingkungan sangat

penting bagi kita. Oleh karena itu sebisa mungkin kita harus

menjaga dan melestarikannya.

a. Perubahan Lingkungan Karena Campur Tangan Manusia

Perubahan lingkungan karena campur tangan manusia

contohnya penebangan hutan, pembangunan pemukiman, dan

penerapan intensifikasi pertanian.

Penebangan hutan yang liar mengurangi fungsi hutan sebagai

penahan air. Akibatnya, daya dukung hutan menjadi berkurang. Selain

itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadi banjir dan erosi.

Akibat lain adalah munculnya harimau, babi hutan, dan ular di

tengah pemukiman manusia karena semakin sempitnya habitat

hewan-hewan tersebut.

Pembangunan pemukiman pada daerah-daerah yang subur

merupakan salah satu tuntutan kebutuhan akan pangan. Semakin

padat populasi manusia, lahan yang semula produktif menjadi tidak

atau kurang produktif.

Pembangunan jalan kampung dan desa dengan cara betonisasi

mengakibatkan air sulit meresap ke dalam tanah. Sebagai akibatnya,

bila hujan lebat memudahkan terjadinya banjir. Selain itu, tumbuhan

di sekitarnya menjadi kekurangan air sehingga tumbuhan tidak efektif

melakukan fotosintesis. Akibat lebih lanjut, kita merasakan pangsa

akibat tumbuhan tidak secara optimal memanfaatkan CO

2

, peran

tumbuhan sebagai produsen terhambat.

99

Penerapan intensifikasi pertanian dengan cara pancausaha

tani, di satu sisi meningkatkan produksi, sedangkan di sisi lain

bersifat merugikan. Misalnya, penggunaan pupuk dan pestisida

dapat menyebabkan pencemaran. Contoh lain pemilihan bibit

unggul sehingga dalam satu kawasan lahan hanya ditanami satu

macam tanaman, disebut pertanian

tipe monokultur

, dapat

mengurangi keanekaragaman sehingga keseimbangan ekosistem

sulit untuk diperoleh. Ekosistem dalam keadaan tidak stabil.

Dampak yang lain akibat penerapan tipe ini adalah terjadinya

ledakan hama.

b.

Perubahan Lingkungan Karena Faktor Alam

Perubahan lingkungan secara alami disebabkan oleh bencana

alam. Bencana alam seperti kebakaran hutan di musim kemarau

menyebabkan kerusakan dan matinya organisme di hutan tersebut.

Selain itu, terjadinya letusan gunung menjadikan kawasan di

sekitarnya rusak.

Manusia yang diberi akal dan ilmu pengetahuan lebih dari

makhluk hidup lainnya akan selalu berfikir agar bagaimana

lingkungan tempat ia berada dapat diambil manfaatnya untuk

kepentingan hidupnya akan tetapi manusia juga dituntut untuk arif

dan bijaksana dalam memanfaatkan lingkungan itu secara

berkelanjutan agar lingkungan tersebut tidak musnah atau rusak

serta dapat memberikan keuntungan pula di masa yang akan

datang.

Dalam bahasan ini akan disinggung bagaimana untuk

memanfaatkan potensi lingkungan yang ada bagi kepentingan

manusia secara berkelanjutan.

a. Pemanfaatan Lingkungan bagi Kepentingan Pertanian

Lingkungan telah menyediakan berbagai potensi, baik biotik,

seperti aneka ragam tanaman, ataupun nonbiotik, seperti keadaan

suhu, kesuburan tanah dan persediaan air yang ditujukan bagi

kepentingan manusia, khususnya pertanian. Dalam usaha

membangun pertanian, umumnya ditujukan untuk meningkatkan

produktivitas pertanian. Dengan demikian setiap usaha proyek,

perencanaan dan pengelolaannya harus dipikirkan sematang-

matangnya.

3. Pemanfaatan Lingkungan yang Berkelanjutan

100

Agar pemanfaatan potensi lingkungan untuk pertanian berjalan

sesuai yang diharapkan, maka perlu diadakan survei dan evaluasi

tanah yang mencakup antara lain : bahaya erosi tanah, kemampuan

dan kesesuaian lahan, cara-cara pengolahan yang sesuai,

penggunaan insektisida yang cukup (jangan sampai melebihi dosis

yang akibatnya tanah dan tanaman pertanian akan rusak). Dengan

demikian dengan memperhatikan variabel-variabel di atas,

lingkungan yang dijadikan sebagai lahan pertanian tidak akan

mengalami kerusakan.

b. Pemanfaatan Lingkungan bagi Kepentingan Industri

Terkadang pembangunan industri sering menimbulkan

masalah-masalah lingkungan yang tiada henti-hentinya, seperti

tercemarnya udara, air, udara dan lain sebagainya. Dalam hal ini

bukan berarti kita tidak butuh akan industri, karena industri

pemegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan

kesejahteraan manusia. Akan tetapi, agar dalam pelaksanaannya

pembangunan industri harus memenuhi kaidah-kaidah terhadap

lingkungan. Menurut Supardi (1994: 94) memberikan pendapatnya

agar pembangunan industri selaras dengan lingkungan, maka

dilakukan hal-hal sebagi berikut.

1)

Evaluasi pengaruh sosial, ekonomi, dan ekologi secara umum

maupun khusus.

2)

Survei mengenai pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul

pada lingkungan

3)

Penelitian dan pengawasan lingkungan baik untuk jangka

pendek maupun jangka panjang. Dari sini akan didapatkan

mengenai jenis perindustrian yang cocok dan mengun-

tungkan.

4) Buatlah formulasi mengenai kriteria analisis biaya,

keuntungan proyek, rancangan bentuk proyek dan pengolahan

proyek.

5)

Bila penduduk setempat terpaksa mendapat pengaruh negatif,

maka buatlah pembangunan atau alternatif jalan untuk

kompensasi kerugian sepenuhnya.

Contoh Pengelolaan Pertanian dan Industri

Sejak adanya revolusi hijau, para petani gencar meningkatkan

produksi pertanian, baik dengan ekstensifikasi pertanian maupun

intensifikasi pertanian. Penggunaan pupuk kimia untuk

101

meningkatkan kesuburan tanah, pemakaian peptisida untuk

membunuh hama dan pemakaian varietas unggul merupakan

syarat untuk meningkatkan produksi pertanian.

Pada awalnya, produksi pertanian meningkat, tetapi dalam

jangka panjang, pemakaian pupuk secara terus-menerus

mengakibatkan kesuburan tanah menjadi berkurang, dan hama

menjadi kebal terhadap peptisida, sehingga penggunaan peptisida

harus ditingkatkan. Pemakaian pupuk dan peptisida yang banyak

telah membuat biaya pertanian menjadi meningkat, seperti yang

dialami oleh para petani di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara

Timur.

Untuk menghindarkan dari kerugian, maka para petani mulai

beralih menuju sistem pertanian organik. Para petani mengolah

sawah tanpa menggunakan pupuk kimia dan peptisida. Sebagai

gantinya digunakan pupuk bokasi dari bahan baku jerami,

rumputan, dedaunan, dedak, abu dapur, cirit ternak, batang pisang

dan bahan alami lainnya. Dan digunakan kembali benih padi lokal

seperti woja longko, woja laka dan sejumlah varietas lainnya yang

selama ini telah lama tersingkir oleh benih padi varietas unggul.

Produksi pertanian dengan pupuk bokasi mengalami

penurunan. Produksi pertanian pada luas lahan yang sama yaitu

sekitar 0,75 hektar menurun antara 19-22 karung atau antara

2,375-2,750 ton gabah. Petani ketika menggunakan pupuk kimia

memperoleh produksi lahan sebesar 25 karung atau 3,125 ton

gabah.

Sebenarnya, dengan penggunaan sistem pertanian organik

petani mendapatkan keuntungan, yaitu tidak mengeluarkan biaya

untuk membeli pupuk kimia dan peptisida. Dulu, petani harus

mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk sebesar Rp. 800.000

dan ditambah biaya untuk membeli peptisida.

Keuntungan yang lebih besar dari pertanian organik adalah

petani dapat menjaga keseimbangan ekosistem dengan tidak

menggunakan pupuk dan peptisida, dan dapat memelihara

kelestarian lingkungan dengan tidak mencemari lingkungan dari

bahan kimia.

Pencemaran bahan kimia dapat merusak kesuburan tanah,

ini terjadi di Rancaekek, Kab.Bandung. Dahulu Rancaekek,

Kab.Bandung dikenal sebagai daerah lumbung padi dan penghasil

ikan.

102

Petani dapat meraih keuntungan dari lahan sawahnya, karena

kegiatan usaha tani padi ditumpangsarikan dengan budi daya ikan.

Produksi lahan pertanian sebesar 5,5 ton/ha. Sekarang produksi

padi pada luas lahan yang sama, produksi padi paling tinggi hanya

4 kg gabah kering giling sekitar 2,8 ton/ha. Untuk mencapai

produksi sebesar itu jarang terjadi karena petani sering mengalami

gagal panen

Gagal panen yang dialami petani karena kualitas kesuburan

tanah rendah dan produktivitas tanah menurun akibat tanah

memiliki kandungan kimia beracun dan logam berat (B3).

Sejak tahun 1990 di Rancaekek mulai dibangun industri tekstil.

Pabrik-pabrik tekstil membuang limbahnya ke saluran irigasi dan

mencemari sawah-sawah petani. Limbah-limbah pabrik di buang

ke sungai Sungai Cikijing, sedangkan sungai Cikijing merupakan

saluran irigasi dan sumber pengairan sawah.

Pabrik tekstil membuang limbahnya ke saluran irigasi

persawahan secara kontinu selama bertahun-tahun dan telah

mengakibatkan terakumulasinya logam berat dalam tanah

sehingga dapat meracuni tanaman ataupun makhluk hidup lainnya.

Logam berat meracuni tanaman dan mudah tercuci dalam

tubuh tanah. Serapan logam berat oleh tanaman atau

pemanfaatan air bawah tanah untuk air minum akan

mempermudah masuknya logam berat ke dalam rantai makanan.

Masuknya logam berat ke dalam tanah mengganggu

pertumbuhan tanaman. Keberadaan logam berat dalam tanah

dapat menjadi toksin (racun) bagi tanaman, dan melalui rantai

makanan akan masuk ke dalam tubuh manusia, sehingga akan

menggangu kesehatan manusia.

Akibat rendahnya produksi pertanian, para petani di Rancaekek

mulai menjual tanahnya dengan harga yang murah. Lahan

pertanian dialihfungsikan menjadi areal industri.

c. Pemanfaatan Lingkungan bagi Kepentingan Pariwisata

Pariwisata merupakan aset lokal atau nasional, karena akan

mendatangkan

income

atau devisa bagi daerah setempat,

sehingga perlu dipertahankan dalam menjalankan usahanya. Akan

tetapi, bukan pariwisata yang merusak lingkungan, seperti pantai

menjadi kotor karena banyak wisatawan yang berkunjung di daerah

pantai.

Lingkungan

dapat dikelola

menjadi aset

wisata dengan

selalu

memperhatikan

ekologi sosial

dan ekonomi

103

Kaitannya dengan aspek ekologi maka pengembangan

pariwisata dikembangkan ke arah pelestarian lingkungan atau

ekowisata (

ecotourism

).

Low Choy Hebron

(1996) merumuskan

lima faktor batasan yang mendasar dalam penentuan prinsip utama

ekowisata, yaitu:

1)

Lingkungan, ekowisata harus bertumpu pada lingkungan

alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu.

2)

Masyarakat, ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi,

sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat.

3)

Pendidikan dan pengalaman, ekowisata harus dapat

meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan

budaya yang terkait, sambil memperoleh pengalaman yang

mengesankan.

4) Berkelanjutan, ekowisata harus dapat memberikan

sumbangan positif bagi berkelanjutan ekologi dan lingkungan

kegiatan dan tidak akan merusak serat menurunkan mutu,

baik jangka pendek maupun jangka panjang.

5)

Manajemen, ekowisata harus dapat dikelola dengan cara yang

dapat menjamin keberlangsungan (daya) hidup lingkungan

alam budaya yang terkait di daerah tempat kegiatan ekowisata,

sambil menerapkan cara mengelola yang terbaik untuk

menjamin keberlangsungan hidup ekonominya.

d. Pemanfaatan Lingkungan bagi Kepentingan Pertambangan

Pencemaran lingkungan sebagai akibat dari adanya

pertambangan umumnya adalah disebabkan oleh faktor kimia,

faktor fisik, dan faktor biologis. Sebagai contoh pencemaran oleh

banyaknya CO di sekitar lokasi pertambangan.

Oleh karena itu, dalam dalam rangka mencegah terjadinya

bentuk pencemaran yang akan berakibat buruk terhadap

gangguan ekologis,maka perlu dilakukan usaha terhadap:

1) Bagaimana cara pengolahan pembangunan pertambangan,

yaitu dengan mengadakan survei secara terintegrasi agar

mendapatkan keuntungan yang besar dengan sedikit kerugian,

baik secara ekonomi maupun secara ekologi.

2) Analisis letak dari lokasi pertambangan dengan lokasi penduduk.

3) Di lokasi pertambangan hendaknya diperhatikan pula ventilasi

yang baik agar debu di udara tambang berkurang, selain

dengan cara pengeboman basah yang juga akan mengurangi

jumlah debu bebas ke udara.

104

Alam yang serasi adalah alam yang mengandung berbagai

komponen ekosistem secara seimbang. Komponen-komponen

dalam ekosistem senantiasa saling bergantung.

Keseimbangan inilah yang harus tetap dijaga agar pelestarian

keanekaragaman dalam sumber daya alam tetap terjamin.

Keseimbangan akan terganggu jika komponen di dalamnya

terganggu atau rusak.

Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, wabah

penyakit, dan sebagainya dapat menyebabkan adanya kerugian

dalam bidang ekonomi, biologi, bahkan perusakan peninggalan-

peninggalan budaya.

Gerakan perlindungan alam dimulai di Prancis, tahun 1853

atas usul Para pelukis untuk melindungi pemandangan alam di

Fontainebleau di Paris.

Sebagai peletak dasar atau gagasan perlindungan alam

adalah

FWH Alexander Von Humbolt

(seorang ahli

berkebangsaan Jerman, 1769-1859), sehingga beliau diakui

sebagai Bapak Ekologi sedunia. Tokoh organisasi internasional di

bidang ini adalah Paul Sarazin (Swiss). Oleh karena keadaan

perang maka dasar-dasar organisasi ini baru terbentuk pada tahun

1946 di Basel, dan tahun 1947 di Brunnen.

Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA) di Indonesia lahir

pada tahun 1912 di Bogor, tokohnya Dr. SH. Kooders. Menurut

Undang-undang Perlindungan Alam, pencagaralaman di Indonesia

dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Cagar Alam

Penamaan ini berlaku di daerah yang keadaan alam (tanah,

flora, dan keindahan) mempunyai nilai yang khas bagi ilmu

pengetahuan dan kebudayaan serta bagi kepentingan umum

sehingga dirasa perlu untuk dipertahankan dan tidak merusak

keadaannya. Cagar alam dapat diartikan Pula sebagai

sebidang lahan yang dijaga untuk melindungi flora dan fauna di

dalamnya.

B.

Pelestarian Lingkungan Hidup

1. Sejarah Perlindungan dan Pengawetan Alam (PPA)

105

b. Suaka Margasatwa

Istilah ini berlaku untuk daerah-daerah yang keadaan alamnya

(tanah, fauna, dan keindahan) memiliki nilai khas bagi ilmu

pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi.

Kedua istilah di atas kemudian dipadukan menjadi Perlindungan

dan Pengawetan Alam (PPA).

c. Cagar Biosfer

sistem pendukung kehidupan

2) mempertahankan keanekaragaman genetis

3) menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem secara ber-

kelanjutan.

Ketiga tujuan ini paling berkaitan. Pencagaralaman tidak

berlawanan dengan pemanfaatan jenis dan ekosistem. Akan tetapi,

pemanfaatan itu haruslah dilakukan dengan cara yang menjamin

adanya kesinambungan. Artinya, kepunahan jenis dan kerusakan

ekosistem tidak boleh terjadi. Demikian pula, terjaganya ekosistem

dari kerusakan tidak hanya melindungi keanekaragaman jenis,

melainkan juga proses ekologi yang esensial.

d. Nilai-nilai dalam Perlindungan Alam

Nilai-nilai yang terkandung dalam perlindungan alam meliputi

nilai ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai budaya yang saling berkaitan.

Secara terperinci, nilai-nilai yang dimiliki dalam perlindungan dan

pengawetan alam dapat dijelaskan sebagai berikut:

1)

Nilai ilmiah,

yaitu kekayaan alam, misalnya, hutan dapat di-

gunakan sebagai tempat penelitian biologi untuk pengembangan

ilmu (sains). Misalnya, botani, proteksi tanaman, dan penelitian

ekologi.

Cagar Biosfer adalah perlindungan alam yang

meliputi daerah yang telah dibudidayakan manusia,

misalnya untuk pertanian secara tradisional (bukan tata

guna lahan modern, misalnya: pabrik, jalan raya,

pertanian dengan mesin). Selain cagar alam dan cagar

biosfer terdapat juga istilah cagar budaya yang

memiliki arti perlindungan terhadap hasil kebudayaan

manusia, misalnya perlindungan terhadap candi dan

daerah sekitarnya. Strategi pencagaralaman sedunia

(World

Conservation Strategy)

memiliki tiga tujuan, yaitu:

1) memelihara proses ekologi yang esensial dan

Gambar 4.11

Harimau salah satu hewan yang

dilindungi

(Sumber: www.wikipedia.org)

106

2)

Nilai ekonomi,

yaitu perlindungan alam ditujukan untuk

kepentingan ekonomi. Misalnya pengembangan daerah

wisata. Hal ini akan mendatangkan berbagai lapangan kerja.

Hutan dengan hasil hutannya, dapat menjadi sumber devisa

bagi negara.

3)

Nilai budaya,

yaitu flora dan fauna yang khas maupun hasil

budaya manusia pada suatu daerah dapat menimbulkan

kebanggaan tersendiri, misalnya Candi Borobudur, komodo,

dan tanaman khas Indonesia (melati dan anggrek).

4)

Nilai mental dan spiritual,

misalnya dengan perlindungan alam,

manusia dapat menghargai keindahan alam serta lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa sumber daya alam

hayati terdiri dari hewan, tumbuhan, manusia, dan mikroba yang

dapat kita manfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia.

Pemanfaatan sumber daya tersebut antara lain di bidang sandang,

pangan, papan, dan perdagangan. Oleh karena dimanfaatkan oleh

berbagai tingkatan manusia dan berbagai kepentingan, maka

diperlukan campur tangan berbagai pihak dalam melestarikan

sumber daya alam hayati. Pihak-pihak yang memanfaatkan

sumber daya alam baik negeri maupun swasta memiliki kewajiban

yang sama dalam pelestarian sumber daya alam hayati. Misalnya,

pabrik pertambangan batu bara, selain memanfaatkan batu bara

diharuskan pula untuk mengolah limbah industrinya agar tidak

mencemari daerah sekitarnya dan merusak ekosistem. Pabrik-

pabrik, seperti pabrik obat-obatan, selain memanfaatkan bahan

dasar dari hutan diwajibkan pula untuk melakukan penanaman

kembali dan mengolah limbah industrinya (daur ulang) agar tidak

merusak lingkungan.

Perlindungan alam dibagi menjadi dua, yaitu perlindungan

umum dan perlindungan dengan tujuan tertentu.

a. Perlindungan Alam Umum

Perlindungan alam umum merupakan suatu kesatuan (flora,

fauna, dan tanahnya). Perlindungan alam ini dibagi menjadi tiga

macam, yaitu sebagai berikut:

2. Macam-macam Perlindungan Alam (PPA)

107

1)

Perlindungan alam ketat;

merupakan perlindungan terhadap

keadaan alam yang dibiarkan tanpa campur tangan manusia,

kecuali dipandang perlu. Tujuannya untuk penelitian dan

kepentingan ilmiah, misalnya Ujung Kulon.

2)

Perlindungan alam terbimbing

; merupakan perlindungan

keadaan alam yang dibina oleh para ahli, misalnya Kebun

Raya Bogor.

3)

National Park atau Taman Nasional

; merupakan keadaan alam

yang menempati suatu daerah yang luas dan tidak boleh ada

rumah tinggal maupun bangunan industri. Tempat ini

dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata, tanpa

mengubah ciri-ciri ekosistem. Misalnya: Taman Safari di

Cisarua Bogor dan Way Kambas di Propinsi Lampung.

Pada tahun 1982 diadakan Kongres Taman nasional sedunia

di Bali

(World National Park Conggres).

Dalam kongres itu

Pemerintah Indonesia mengumumkan 16 taman nasional (TN)

yang ada di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

1.

TN. Kerinci Seblat (Sumbar, Jambi. Bengkulu) ± 1.485.000 Ha

2.

TN. Gunung Leuser (Sumut, Aceh) ± 793.000 Ha

3.

TN. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) ± 365.000 Ha

4.

TN. Tanjung Puting (Kalteng) ± 355.000 Ha

5.

TN. Drumoga Bone (Sulut) ± 300.000 Ha

6.

TN. Lore Lindu (Sulteng) t 231.000 Ha

7.

TN. Kutai (Kaltim) ± 200.000 Ha

8.

TN. Manusela Wainua (Maluku) ± 189.000 Ha

9.

TN. Kepulauan Seribu (DKI) ± 108.000 Ha

10. TN. Ujung Kulon (Jabar) ± 79.000 Ha

11. TN. Besakih (Bali) ± 78.000 Ha

12. TN. Komodo (HTB) ± 75.000 Ha

13. TN. Bromo Tengger, Semeru (Jatim) ± 58.000 Ha

14. TN. Meru Betiri (Jatim) ± 50.000 Ha

15. TN. Baluran (Jatim) ± 25.000 Ha

16. TN. Gede Pangrango (Jabar) ± 15.000 Ha

b.

Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu

Macam perlindungan alam dengan tujuan tertentu adalah

sebagai berikut:

1)

Perlindungan geologi;

merupakan perlindungan alam yang

bertujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan

tertentu.

108

2)

Perlindungan alam botani;

merupakan perlindungan alam

yang bertujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu,

misalnya Kebun Raya Bogor.

3)

Perlindungan alam zoologi;

merupakan perlindungan alam

yang bertujuan melindungi hewan-hewan langka serta

mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan

sejenis ke daerah lain, misalnya gajah.

4)

Perlindungan alam antropologi;

merupakan perlindungan alam

yang bertujuan melindungi suku bangsa yang terisolir, misalnya

Suku Indian di Amerika, Suku Asmat di Irian Jaya, dan Suku

Badui di Banten Selatan.

Usaha pelestarian sumber daya alam hayati tidak lepas dari

usaha pelestarian lingkungan hidup. Usaha-usaha dalam

pelestarian lingkungan hidup bukan hanya tanggung jawab

pemerintah saja, melainkan tanggung jawab kita semua.

Untuk menggalakkan perhatian kita kepada pelestarian

lingkungan hidup, maka setiap tanggal 5 Juni diperingati sebagai

Hari Lingkungan Sedunia. Di tingkat Internasional, peringatan Hari

Lingkungan Hidup ditandai dengan pemberian penghargaan

kepada perorangan atau pun kelompok atas sumbangan praktis

mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan

lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Penghargaan ini diberi nama

“Global 500”

yang diprakarsai

Program Lingkungan PBB

(UNEP = United Nation Environment

Program).

Di tingkat nasional, Indonesia tidak ketinggalan dengan

memberikan hadiah, sebagai berikut.

a. Kalpataru

Hadiah Kalpataru diberikan kepada berikut ini.

1)

Perintis lingkungan hidup,

yaitu mereka yang telah memelopori

untuk mengubah lingkungan hidup yang kritis menjadi subur

kembali.

2)

Penyelamat lingkungan hidup,

yaitu mereka yang telah

menyelamatkan lingkungan hidup yang rusak.

3)

Pengabdi lingkungan hidup,

yaitu petugas-petugas yang telah

mengabdikan dirinya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

3. Macam-macam Bentuk (Upaya Pelestarian Sumber Daya

Alam Hayati)

109

Kalpataru berupa pahatan Kalpataru tiga dimensi yang berlapis

emas murni. Pahatan ini mencontoh pahatan yang terdapat pada

Candi Mendut yang melukiskan pohon kehidupan serta

mencerminkan sikap hidup manusia Indonesia terhadap

lingkungannya, yaitu keselarasan dan keserasian dengan alam

sekitarnya.

b. Adipura

Hadiah Adipura diberikan kepada berikut ini.

1) Kota-kota terbersih di Indonesia.

2) Daerah-daerah yang telah berhasil membuat Laporan Neraca

Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD).

Selain usaha-usaha tersebut di atas, usaha lain yang tidak

kalah pentingnya adalah didirikannya bermacam-macam

perlindungan alam seperti Taman Wisata, Taman nasional, Kebun

Raya, Hutan Buru, Hutan Lindung, dan Taman Laut.

Pelestarian lingkungan dalam konteks pembangunan

berkelanjutan adalah usaha atau cara untuk memelihara ketahanan

fungsi lingkungan dari bahaya kerusakan atau kepunahan.

Pelestarian lingkungan dapat menopang proses pembanguan

secara terus-menerus tanpa mengurangi potensi yang di miliki

lingkungan.

Lingkungan harus dilestarikan secara terarah dan terkontrol

agar hasil yang didapat memberikan keuntungan terhadap

keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan pula juga

didayagunakan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan

yang dimaksud.

Pada bagian ini akan diberikan contoh pelestarian lingkungan

yang dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan.

a. Pengembangan Pertanian

Pada dasarnya pengembangan pertanian di satu sisi

memberikan dampak positif bagi kelangsungan perekonomian

petani setempat dan terpenuhinya pula kebutuhan pokok

masyarakat. Akan tetapi dalam mengusahakan lahan pertanian

4. Pelestarian Lingkungan dalam Konteks Pembangungan

Berkelanjutan

110

tersebut, petani sering mengabaikan kaidah-kaidah lingkungan

dalam proses menanam tanaman di atas lahan pertanian

tersebut. Dalam hal ini, para petani sering mengabaikan

kesesuaian lahan yang ada, akibatnya di satu sisi memberikan

yang menguntungkan secara ekonomi tetapi di satu sisi lain

memberikan kerugian secara ekologis. Sebagai contoh lahan yang

memiliki kemiringan lereng 60% maka lahan tersebut adalah

daerah konservasi yang mau tidak mau harus dihutankan, akan

tetapi pada kenyataannya lahan tersebut dijadikan sebagai lahan

pertanian sayuran, maka erosi di lahan tersebut sering terjadi dan

apabila hal ini dibiarkan maka tanah tersebut akan menjadi rusak

dan tidak akan memberikan nilai manfaat bagi generasi yang akan

datang. Oleh karena itu agar lahan tersebut tetap lestari dan

berkelanjutan ialah dengan mengembalikan fungsi lahan sesuai

dengan peruntukannya.

b. Pengendalian DAS

Pengendalian Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki peranan

yang sangat penting dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu

ekosistem. Unsur atau komponen sistem DAS adalah topografi,

vegetasi, tanah, dan manusia. Semakin baik komponen DAS maka

semakin baik pula sistem DAS bekerja. Begitupun sebaliknya, jika

komponen DAS tidak berfungsi dengan baik maka sistem DAS

akan rusak. Kerusakan sistem DAS berdampak kepada kerusakan

ekosistem bahkan makhluk hidup yang ada dalam ekosistem

tersebut akan punah.

Olah karena itu berbagai upaya penanganan dalam

pengendalian DAS dapat dilakukan dengan cara:

1)

Reboisasi atau penghijauan di sekitar hulu DAS, fungsinya

ialah selain untuk mencegah terjadinya erosi juga dapat

menyimpan air.

2)

Penanganan pembuatan rumah di sekitar bantaran sungai.

3)

Tindakan tegas terhadap pelanggaran sesuai peraturan dan

undang-undang yang berlaku.

111

Upaya pengelolaan yang telah digalakan dan undang-undang

yang telah dikeluarkan belumlah berarti tanpa didukung adanya

kesadaran manusia akan arti penting lingkungan dalam rangka

meningkatkan kualitas lingkungan serta kesadaran bahwa

lingkungan yang ada saat ini merupakan titipan dari generasi yang

akan datang.

Undang-undang lingkungan hidup

Undang-undang tentang ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan

lingkungan hidup disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal

11 Maret 1982. Undang-undang ini berisi 9 Bab terdiri dari 24 pasal. Undang-

undang lingkungan hidup bertujuan mencegah kerusakan lingkungan,

meningkatkan kualitas lingkungan hidup, dan menindak pelanggaran-

pelanggaran yang menyebabkan rusaknya lingkungan.

Undang-undang lingkungan hidup antara lain berisi hak, kewajiban,

wewenang dan ketentuan pidana yang meliputi berikut ini.

1. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

2. Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan dan mencegah serta

menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan.

3. Setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam rangka

pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta tersebut diatur dengan

perundang-undangan.

4. Barang siapa yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya melakukan

perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup atau

tercemarnya lingkungan hidup diancam pidana penjara atau denda.

112

KREATIVITAS

Mendaur Ulang Kertas

Sedikitnya 250.000 pohon di bumi ini tiap hari ditebang untuk membuat

kertas koran, belum terhitung yang lainnya untuk membuat buku, rumah,

tusuk gigi, dan batang korek api. Padahal untuk tumbuh besar, setiap pohon

memerlukan waktu sekitar 10 tahun.

Untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran, sebaiknya kita tidak

menghamburkan kertas dan kayu supaya hutan yang ditebang pun berkurang,

lalu kertas-kertas bekas yang ada kita olah dan didaur ulang menjadi kertas

lagi.

A. Tujuan:

Pemanfaatan limbah kertas, menambah keterampilan

B. Alat dan Bahan:

1. kertas bekas (koran, majalah) kira-kira 50 gram,

2. blender/alat penghancur lainnya,

3. ayakan/kassa berbentuk segi empat,

4. kerangka kayu segi empat, besarnya sama persis dengan ayakan

dan sesuai dengan kertas yang hendak kita buat.

5. wadah plastik segi empat,

6. papan triplek untuk alas,

7. kain/serbet untuk mengeringkan,

8. spon atau karet busa,dan

9. 3 liter air.

C. Proses Pembuatan:

1. Kertas bekas disobek kecil-kecil, kemudian direndam selama 4 – 12

jam. Lebih lama lebih baik supaya mudah hancur dan lebih lembut.

2. Sobekan kertas yang sudah direndam kemudian dimasukkan ke dalam

blender sambil dituangkan air sebanyak satu liter sampai menjadi bubur

kertas.

3. Bubur kertas tersebut dituangkan ke dalam ember yang berisi dua

liter air, lalu diaduk sampai rata hingga tampak seperti adoan untuk

membuat kue, sehingga bubur kertas menjadi encer.

4. Siapkan kerangka kayu yang telah ditumpuk dengan ayakan/kassa,

masukkan kerangka kayu dan kassa ke dalam adonan bubur kertas.

Celupkan sampai seluruh kassa ayakan terendam.

5. Bila sudah rata, diangkat perlahan dengan posisi harus tetap datar

sehingga permukaannya rata.

113

6. Disimpan di tempat yang datar, lalu kerangka kayu diangkat dan ditiriskan

sampai air yang menetes habis.

7. Di atas kertas yang tercetak, kita simpan serbet/kain untuk

mengeringkan. Kemudian di atasnya ditumpuk dengan papan/triplek

untuk alas.

8. Dengan hati-hati papan triplek dibalik, sehingga posisi papan di bawah

dan ayakan di atas.

9. Ambil spon/karet busa kemudian permukaan ayakan tadi ditekan-tekan

sampai rata. Hal itu dilakukan untuk menyerap sisa air pada kertas daur

ulang.

10.Angkat ayakan lalu serbet pelan-pelan kemudian jemur di tempat yang

tidak terlalu terik.

RANGKUMAN

1. Ilmu lingkungan mempelajari hubungn antarmakhluk hidup atau biotis,

seperti manusia, hewan, dan tumbuhan beserta segala sesuatu dengan

yang berada di sekitanya baik unsur fisik, seperti : batu-batuan, air, udara,

angin, dan sebagainya, yang membentuk suatu kesatuan atau sistem

(ekosistem) serta hubungannya yang bersifat timbal balik.

2. Pembagian jenis lingkungan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu lingkungan biotik dan nonbiotik.

3. Di bawah ini terdapat contoh dari maraknya kerusakan lingkungan dan

bencana yang diakibatkannya, seperti: Perubahan keragaman jenis

(biodiversitas), kerusakan hutan, erosi dan sedimentasi, hujan asam.

4. Pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan dapat dilakukan melalui

bidang pertanian, pariwisata, industri dan pertambangan.

5. Contoh upaya penanganan dalam pengendalian DAS dapat dilakukan

dengan cara seperti berikut.

1. Reboisasi atau penghijauan di sekitar hulu DAS, fungsinya ialah selain

untuk mencegah terjadinya erosi juga dapat menyimpan air.

2. Penanganan pembuatan rumah disekitar bantaran sungai.

3. Tindakan tegas terhadap pelanggar sesuai peraturan dan undang-

undang yang berlaku.

114

A. Pilihan Ganda

Berilah tanda silang (X) pada huruf jawaban yang

dianggap benar!

1.

Manusia sebagai komponen dari suatu lingkungan akan selalu

berinteraksi dengan komponen lingkungan yang lainnya,

sehingga akan membentuk suatu sistem ekologi, yang

dinamakan?

A.

bioma

D. kaidah alam

B.

ekosistem

E.

rantai kehidupan

C. lingkungan

2.

Manusia dan tanah merupakan jenis lingkungan yang bersifat?

A.

biotik-biotik

D. biotik-nonbiotik

B.

biotik-nonfisik

E.

fisik-nonfisik

C. nonfisik-nonbiotik

3.

Berikut ini termasuk komponen lingkungan yang bersifat

nonfisik (biotik) adalah ...

A.

batu, tanah, air

B. manusia, air, dan tanah

C. manusia, hewan, dan tumbuhan

D. hewan, air, dan tumbuhan

E. suhu, air dan batu

4.

Salah satu penyebab terjadinya pemanasan global, ialah...

A.

meningkatnya kebakaran hutan

B. penggunaan AC dan kulkas yang berlebih

C. meningkatnya kadar CO

2

di udara

D. banyaknya yang menggunakan kendaraan bermotor

E. banyaknya sektor industri

5.

Hujan asam (H

2

SO

4

) disebabkan oleh zat pencemar sebagai

berikut:

A.

oksida belerang dan oksida nitrogen

B. CO

2

dan karbon

C. oksida belerang dan CO

2

D. oksida nitrogen dan CO

2

E. CO

2

dan O

SOAL-SOAL LATIHAN

115

6.

Di bawah ini yang tidak termasuk dalam aspek ekowisata

ialah

A.

lingkungan

B. masyarakat

C. pendidikan dan pengalaman

D. berkelanjutan

E. sosial ekonomi

7.

Berikut adalah termasuk bencana lingkungan yang

diakibatkan oleh ulah manusia,

kecuali

....

A.

banjir

B. longsor

C. gempa bumi

D. penumpukan sampah

E. hujan asam

8.

Peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari

suatu tempat yang terangkut dari suatu tempat ke tempat

lain, disebut....

A.

banjir

B. erosi

C. sedimentasi

D. longsor

E. degradasi

9.

Sesak napas, batuk, kering, racun bagi fungsi-fungsi darah

dan lain-lain. Adalah bentuk penyakit yang dihasilkan oleh

pencemaran

A.

pencemaran air

B. pencemaran suara

C. pencemaran tanah

D. pencemaran udara

E.

pencemaran tanah dan air

10. Segala sesuatu yang dilepaskan ke alam dan berakibat

menurunnya kualitas lingkungan disebut....

A.

polusi

B. bioma

C. ekosistem

D. erosi

E.

berawan

116

B. Esai

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan tepat dan jelas!

1.

Jelaskan yang dimaksud dengan lingkungan dan jenis-

jenisnya!

2.

Jelaskan bahwa hubungan antara manusia dan lingkungan

sebagai suatu kesatuan!

3.

Jelaskan pemanfaatan lingkungan yang berkelanjutan beserta

contohnya!

4.

Bagaimanakah persyaratan atau prinsip utama dalam

ekowisata yang dikemukakan oleh Low Choy dan Heiborn

(1996)?

5.

Jelaskan yang dimaksud dengan sedimentasi dan erosi!

6.

Jelaskan proses terjadinya pemanasan global!

7.

Menurut Anda bagaimana seharusnya pemerintah dalam

menangani permasalahan lingkungan yang kerap terjadi

sampai saat ini?

8.

Bagaimanakah agar pembangunan industri selaras dengan

lingkungan?

9.

Berikan komentar Anda mengenai kerusakan lingkungan yang

sering terjadi saat ini?

10. Apa yang dimaksud dengan konsep penanganan DAS terpadu?

117

GLOSARIUM

Aglomerasi

:

Kec

enderunganpersebaran gejala geosfer yang menge-

lompokkan penduduk dan aktivitasnya di suatu daerah/tempat.

Antisiknal

:

Bagian litosfera yang terlipat ke atas.

Antroposfer

:

Kom

ponen insaniah.

Atmosfer

:

Lapisan udara.

Barisfir

:

Lapisan inti bumi berupa bahan padat besi nikel terhadap bumi.

Batholit

:

Batuan beku yang terbentuk didalam dapur magma.

Benua

:

Daratan y

ang sangat luas, tidak terpengaruh oleh angin laut.

Biologi

:

Ilmu tent

ang keadaan dan sifat makhluk hidup.

Biosfer

:

Tumbuhan serta hewan.

Bom

:

Material/vulkanik padat yang berukuran besar.

Cockpitt

:

Plato yang tererosi dan berbentuk bukit/kubah.

Dangkalan

:

Dasar sam

udera yang dangkal atau dasar laut yang datar

dan luas.

Dataran rendah

:

Daerah yang keadaanya nyaris datar atau mendekati datar.

Delta

:

Hasil erosi berupa lumpur, pasir, kerikil d

iendapkan di muara.

Efflata

:

Material-material padat hasil gunung meletus.

Efosit

:

Batuan beku luar, membeku di permukaan bumi.

Ekologi

:

Ilmu m

engenai hubungan timbal balik antar maklhuk hidup

dengan kondisi alam sekitarnya (lingkunganya).

Ekstrusi magma

:

Magma y

ang kativitasnya telah mencapai ke permukaan bumi.

Erosi

:

Pengikisan.

Erupsi

:

Letusan gunung api.

Fauna

:

Dunia binatang

Flora

:

Dunia tumbuh-tumbuhan.

Geomorfologi

:

Ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk permukaan bumi.

Geologi

:

Ilmu y

ang mempelajari bumi secara keseluruhan.

Geosfer

:

Lapisan bumi

Graben/slenk

:

Lembah yang berada di daerah pegunungan patahan.

Hidrosfer

:

Air.

Hidrografi

:

Ilmu y

ang berhubungan dengan pencatatan, survey serta

pemetaaan laut, danau, sungai.

Horst

:

Bagian litosfera yang posisinya lebih tinggi.

Hypabisal

:

Batuan bek

u korok terbentuk di dalam korok-korok atau pipa

gunung api.

118

Kaldera

:

Runtuhny

a bagian puncak gunung berapi, sehingga terbentuk

kawah yang luas.

Klimatologi

:

Ilmu yang me

mpelajari tentang sebab terjadinya iklim.

Koma

:

Bola gas dan debu dikelilingi oleh awan gas hidrogen.

Komet

:

Sebuah bintang yang diliputi oleh kabut remang-remang yang

makin hari makin panjang tampaknya dan kemudian

menyerupai ekor bintang.

Korologi

:

Ker

uangan

Korok

:

Batuan yang terbentuk oleh intrusi.

Lahar

:

Aliran lumpur atau pasir, hasil dari campuran lava

dengan air

hujan.

Lakolit

:

Batuan yang bentuknya menyerupai lensa cembung.

Lapili

:

Mater

ial padat yang berukuran kelereng.

Lava

:

Aliran magma di permukaan bumi.

Lembah

:

Daerah rendah yang terletak diantara dua pegunungan atau

dua gunung.

Lithosfer

:

Kulit bumi.

Litosfer

:

lapisan ini bersifat granitis terhadap lapisan sial (bagian atas)

dan sima (bagian bawah).

Meteorologi

:

Ilmu yang mempelajari tentang ciri-ciri fisik dan kimia atmosfer.

Morfologi

:

Bentukan muka bumi

Oseanografi

:

Ilmu y

ang mempelajari masalah kelautan.

Over pupulat

ion

:

Kelebihan penduduk

Pegunungan

:

B

agian bentuk bumi yang tinggi dan memanjang/deretan gunung.

Plato

:

Daerah dataran tinggi yang lapisan batuannya berbentuk hori-

zontal dengan bagian atasnya rata.

Plutonik

:

Batuan beku dalam.

Pulau

:

Daratan y

ang dikelilingi oleh air/laut, dan dipengaruihi oleh

angin laut.

Pulau endapan

:

Ter

bentuk dari hasil endapan.

Pulau Oceanis

:

Pula yang letaknya di tengah-tengah lautan dan tidak ada

hubungannya dengan benua.

Shelf

:

Paparan

Shelf

:

Dasar samudera yang dangkal terletak sepanjang pantai yang

perbatasannya rata-rata 200m.

Sills

:

Magma y

ang membeku bentuknya tipis dan lebar.

Sinklinal

:

Bagian litosfera yang terlipat ke bawah.

119

Sinklinal

:

Lembah yang berada di daerah pegunungan lipatan.

Slenk/graben

:

B

agian litosfera yang posisinya lebih rendah.

Tektonisme

:

Tenaga yang berasal dari dalam bumi yang menyebabkan

berubahnya susunan atau letak lapisan kulit bumi secara

mendatar dan vertikal.

Trog

:

Lembah yang dalam dan terdapat di dasar laut, bentuknya

memanjang.

Vulkanisme

:

Aktifitas magma dari lapisan litosfera bagian dalam bergerak

naik ke yang lebih atas.

Weashering

:

Pelapukan

120

INDEKS

A

Afotik, hal 13

Alkalinitas, hal 13

Angin, hal 6

Antroposfer, hal 34

Apogon, hal 25

Aspek administratif, hal 37

Asep geografis, hal 36

Aspek politik, hal 38

B

Bioma, hal 4

Bioma hutan basah, hal 9

Bioma taiga, hal 10

Biosfer, hal 2

Burung, hal 17

C

Cahaya, hal 5

Cagar biosfer, hal 26

Curah hujan, hal 5

E

Epifit, hal 9

Evaporasi, hal 6

F

Fauna, hal 14

Flora, hal 14

Fotik, hal 13

G

Garis Wallace, hal 18

Garis Weber, hal 18

Genus Eviota, hal 25

H

Habitat air tawar, hal 12

Habitat pantai, hal 13

Hemiscyllium, hal 25

Herbivora, hal 8

Hutan konservasi, hal 24

Hutan lindung, hal 24

Hutan produksi, hal 24

I

Iklim, hal 2

Iklim tropika, hal 7

J

Jumlah penduduk, hal 34

K

Kelembapan, hal 14

Kepadatan penduduk, hal 38

M

Makhluk hidup, hal 3

Mamalia, hal 17

P

Penyebaran, hal 36

Peride keempat, hal 35

Periode pertama, hal 35

Periode pertumbuhan, hal 35

Periode stasioner, hal 35

Periode statik, hal 35

R

Registrasi, hal 34

Relief, hal 3

Reptil, hal 17

S

Sensus, hal 34

Subtropika, hal 7

Suhu, hal 5

Suhu udara, hal 13

Sumber daya manusia, hal 34

Survei, hal 34

T

Tanah, hal 3

Tingkat kematian, hal 35

Transpirasi, hal 6

V

Vegetasi, hal 15

X

Xeromorf, hal 5

Z

Zaman Glasial, hal 14

121

DAFTAR PUSTAKA

Adiyuwono, 1995.

Teknik Membaca peta dan kompas

. Bandung: Angkasa.

Badan Penerbit Pekerjaan Umum, 1983.

Pedoman Pembuatan Bendungan

Pengendali.

Jakarta: PU.

Dede, Sugandi, 2006.

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi

.

Bandung.

Dewi, Nurmala, 1997.

Geografi untuk SMU

. Bandung: Penerbit Maulana.

Efendi, Supli. 2000.

Pengendalian Erosi Tanah.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hartanto, Anton, 2001.

Sistem Infomasi Geografi dengan Menggunakan Mapa

Info di Puslitbang Teknologi Pertambangan dan Mineral

. Bandung. Laporan

Praktikum, Bandung: Jurusan Geografi FPIPS UPI.

Joko, Hadimulyo, 2006.

Pendekatan Geografi dalam Pengembangan Wilayah

.

Bandung.

Darsiharjo. 1992. "Bentukan Asal Marin dan Aeolian". Bandung: Geografi IKIP

Bandung.

Dosen PLSBT UPI, 2005.

Pendidikan Lingkungan, Sosial Budaya dan Teknologi.

Bandung: Value Press.

Hartono, 2006.

Pengembangan Pendidikan Survei dan Pemetaan Bidang

Pengelolaan Pesisir dan Organisasi Penginderaan Jauh/SIG dalam Era

Globalisasi Informasi. Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru Geografi

.

Bandung.

Ikatan Geografi Indonesia (IGI), 2006.

Pelatihan Peningkatan Kompetensi Guru

Geografi

. Bandung.

Inti Mulya Multi Kencana, 2006.

JIS untuk PLK

. Bandung.

Jamulya dan Woro, Suratman. 1993.

Pengantar Ilmu Tanah

. UGM.

Lawrance S. Hamilton, Feter N King, 1997.

Daerah Aliran Sungai Hutang Tropika

.

Jogjakarta: Gajah Mada University Press.

Macmudin, Dadang, 1987.

Biologi SMA

. Bandung: Epsilon Grup

Mulyo, Agung, 2004.

Pengantar Ilmu Kebumian, Pengetahuan Geologi untuk

Pemula

. Bandung: Pustaka Setia.

Posya, Kanwil, Gurniwan, 2002.

Geografi (Pemahaman Konsep dan Metodologi)

.

Bandung: Buana Nusantara.

Purwadi, 2001.

Interprevasi Citra Digital

. Jakarta: Gramedia Widyasarana.

122

Pusat Penyuluhan Kehutanan dan Perkebunan, 1999.

Informasi Teknik

Rehabilitasi dan Konservasi tanah

. Jakarta: Departemen Kehutanan dan

Perkebunan.

Puslitbang Sumber Daya Air, 2006.

Pengelolaan Lingkungan.

Bandung.

Rahim Efendi, Suti, 2000.

Pengendalian Erosi Tanah (Dalam rangka melestarikan

lingkungan Hidup)

. Bandung: Bumi Aksara.

Robert W. MIller. 1997.

Urban Forestry. New Jersey: Prentice Hall.

Sanusi, Bachrawi. 1984.

Mengenal Hasil Tambang Indonesia

, Jakarata, Bina

aksara.

Setiawan, Iwan dan Malik, Yakub. 2005. "Kerusakan Alam dan Bencana

Lingkungan", Jurnal Geografi Vol. 5, No. 2. Bandung: UPI.

Soemarwoto,

Otto, 1997

. Ekologi, Lingkungan Hidup Pembangunan

, Jakarta:

Djambatan.

Soegeng Sarjadi Syindicated, 2001.

Potensi Masa Republik Indonesia.

Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Supardi, Imam, 1994.

Lingkkungan Hidup

. Bandung: Alumni

Sumaatmadja, Nursid, 1996.

Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan

Lingkungan Hidup

. Bandung: Alfabeta.

Suyono Sosrodarsono, Masayashi Takasihi, 1983. P

engukuran Topografi dan

Teknik Pemetaan

. Jakarta: Jambatan.

_______, 2002.

Gambaran Umum dan Perspektif Pengelolaan Sungai di Indo-

nesia

. Bandung: Puslitbang KIM PRASWIL.

Pulonin, Hicholas. 1990.

Pengantar Geogafi Tumbuhan

. Jogjakarta: UGM Press.

_______, 2004.

Undang-Undang Otonomi Daerah

. Bandung: Citra Umbara.

www.wikipedia Indonesia. Ilmu Geografi dan Biologi.

Yani, Ahmad. 2005. "Kebutuhan Basis Data Untuk Aplikasi Sistem Informasi

Geografi dalam Era Otonomi Daerah", Jurnal GEA Vol. 5 No. 2.

Zen, Mt, T. 1984.

Sumber Daya Dan Indutri Mineral ,

Jakarta, Yayasan Obor

Indonesia.

Sumber gambar:

Ensiklopedia Iptek, Ensiklopedia Umum untuk Pelajar, Kamus

Visual, Atlas, Mengenal Ilmu Pengetahuan, Harian Kompas, Harian Pikiran

Rakyat.